Keterangan foto : Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat memberikan arahan kepada para pengemudi Trans Jateng koridor 2 Semarang-Weleri


KENDAL, Tribunsatu.com - Bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo SH, meresmikan beroperasinya penggunaan moda trasnportasi aglomerasi Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng rute Terminal Mangkang Kota Semarang - Terminal Bahurekso Weleri Kabupaten Kendal, Senin (28/10/2019), di Alun - Alun Kota Kendal.

Sebanyak 14 unit bus BRT, secara simbolis dilepas oleh Gubernur Jateng dengan didampingi oleh Bupati Kendal dr. Mirna Anissa, M.Si, Wakil Bupati Kendal Drs. Masrur Masykur, Kepala Dinas Perhubungan Ir. Satrio Hidayat, Kepala Dinas Perhubungan Kendal Suharjo, Kepala DPUPR Kendal Ir. Sugiono, Kepala Disporapar Kendal Ir. Agung Setiawan dan para pejabat di OPD terkait Kabupaten Kendal.

Gubernur Jawa Tengah dalam sambutannya mengatakan bahwa, beroperasinya BRT Koridor 2 Semarang - Weleri tersebut diharapkan mampu memberikan solusi akan tersedianya transportasi yang aman, nyaman dan murah bagi warga Kendal.

" Ini merupakan program penataan dalam sistim transportasi yang merupakan program dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Tersedianya transportasi masal yang murah akan memacu pertumbuhan ekonomi dengan baik. Untuk para buruh dan karyawan serta pelajar, jelas akan memberikan dampak yang positif ", katanya.

Bupati Kendal dr. Mirna Anissa, M.Si dihadapan awak media mengatakan bahwa dengan adanya BRT, diharapkan dapat mengurangi kemacetan.
Bupati Kendal juga meminta kepada Pemrov dan Perintah Pusat, agar ada penambahan halte di jalur selatan Kabupaten Kendal.

" Dengan tarif Rp 4.000,- untuk umum dan Rp 2.000 untuk buruh, pelajar serta veteran, keberadaan BRT bukan untuk menggusur angkutan umum yang sudah ada ", kata Mirna.

Secara terpisah, Teguh Widodo salah seorang pengemudi BRT mengatakan bahwa adanya BRT koridor 2 Semarang Weleri, telah membuka peluang kerja bagi dirinya dan teman-temannya. Hanya saja, menurut Teguh, masa training yang diberlakukan selama 3 bulan, dianggapnya terlalu lama.
Hal tersebut juga mendapatkan dukungan dari Mahmud dan Imam, rekan kerja Teguh sesama pengemudi.

Terkait dengan penghasilan, Teguh menyampaikan bahwa dirinya mendapat gaji sebesar Rp. 1,5 juta per bulan dan uang makan Rp. 50.000 per hari.

" Uang makan saya terima jika saya berangkat, tapi kalau libur ya saya tidak mendapat uang makan ", kata Teguh menutup pembicaraan. ( Pur***)