www.tribunsatu.com
Galeri Foto - Advertorial - Pariwara - Indeks Berita
 
Riau WISATA Halal Dan Ramah Muslim
Kamis, 12-09-2019 - 22:31:55 WIB

TERKAIT:
   
 

Pekanbaru, Tribunsatu.com -  Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Mengembangkan Wisata Halal Dan Ramah Muslim, Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal, ST. M. Si, Mengatakan bahwa Wisata Ramah Muslim Tetap Kita Kembangkan Dan Promosikan Ke Nasional Biarpun Di Internasional, Atau Manca Negara, Provinsi Riau Termasuk Yang Dekat Dengan Negara - negara Tetangga Seperti Singapura, Dan Malasya Dan Negara Lainya, Provinsi Riau ini Termasuk Yang dikunjungi Oleh Wisatawan Nasional Dan Wisatawan Internasional.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal, ST.M.Si, seputar Wisata Halal atau lebih nyaman menggunakan istilah Muslim_Friendly Tourism ini sejatinya sudah terjadi sejak 2015, Empat tahun silam. Sudah sangat lama, Kemenpar bahkan membentuk Tim Percepatan Wisata Halal, dan mengembangkan tiga destinasi utamanya, yakni Aceh, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat (NTB).


Gubernur Riau Syamsuar menerbitkan Peraturan Gubernur tentang Pariwisata Halal untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pelayanan kepada wisatawan agar menikmati kunjungan wisata halal di Provinsi Riau.
“Pemerintah saat ini sudah menetapkan Riau sebagai destinasi pariwisata halal. Dan saya sudah menadatangani Peraturan Gubernur yang berkaitan dengan pariwisata halal,” kata Syamsuar kepada wartawan di Pekanbaru.

Penetapan pariwisata halal tersebut dituangkan dalam Peraturan Gubernur nomor 18 tahun 2019, yang ditandatangani oleh gubernur pada 5 April 2019. Ia mengatakan, pada 9 April akan menandatangani nota kesepahaman dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya tentang destinasi pariwisata halal, di Jakarta.

Ia menjelaskan, aturan pariwisata halal bertujuan sebagai pedoman bagi pelayanan kepada wisatawan dan untuk kemajuan ekonomi di Riau.

“Setidaknya kita bisa mengimbangi Thailand yang penduduknya lebih banyak nonmuslim,” katanya.

Menurut Syamsuar, dengan konsep pariwisata halal dapat menarik kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) dari Timur Tengah.

“Menteri Pariwisata pernah bercerita pada saya, kalau wisatawan asal Timur Tengah sangat royal berbelanja. Mereka belanja setiap hari dan bisa banyak menghabiskan uang dolar. Ini merupakan peluang yang sangat besar,” ujar Syamsuar.

Ia juga pernah berdiskusi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, dan dapat informasi bahwa masyarakat di sana ternyata sangat tertarik dengan provinsi Riau.
“Mereka mengetahui kalau di Riau sampai saat ini masih menggunakan tulisan huruf Arab Melayu. Nah, bila ini bisa dipasarkan dengan baik saya kira bisa menjadi daya tarik agar berkunjung ke Riau,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata, Arief Yahya pernah mengatakan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang diperhitungkan dalam industri pariwisata halal (Halal Tourism) dunia. Oleh karena itu sebagai pemain global, Indonesia harus menggunakan standar global yakni Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2019 yang mengadopsi standar GMTI (Global Muslim Travel Index).

Berdasarkan skor IMTI 2019 provinsi Riau dan Kepulauan Riau di posisi ke-3 dengan nilai skor 63. Sementara, ranking pertama diraih Lombok dengan skor 70 dan ke-2 yaitu Aceh meraih skor 66. Adapun empat kategori dalam penilaian IMTI 2019, yakni akses, komunikasi, lingkungan, dan pelayanan.

Menteri menargetkan tahun ini pariwisata halal mencapai 5 juta wisatawan mancanegara muslim atau tumbuh dari posisi tahun lalu sebanyak 2,6 juta wisman muslim, dengan realisasi hingga November 2018 mencapai 2,4 juta wisatawan muslim.

Target pertumbuhan pariwisata halal Indonesia sebesar 42 persen sejalan dengan tumbuhnya halal tourism dunia yang signifikan. Diproyeksikan besarnya pengeluaran wisatawan halal tourism mencapai 24 miliar dolar AS pada tahun 2023 atau tumbuh diatas 7,6 persen. Sementara pada 2017 jumlah pengeluaran wisatawan muslim dunia mencapai 117 miliar dolar AS.

Tahun ini merupakan tahun kedua penerapan standar global GMTI dalam menilai kinerja destinasi pariwisata halal unggulan Indonesia. Sebanyak 10 Destinasi pariwisata unggulan Indonesia dinilai menggunakan standar ini, yaitu Lombok, Aceh, Jakarta, Sumatra Barat, Yogyakarta, Jawa Barat, Riau, Kepulauan Riau, Malang Raya, Jawa Tengah serta Makassar dan sekitarnya.

Tantangan untuk pengembangan Wisata Halal itu, kali pertama justru terjadi di Lombok NTB.

Tokoh-tokoh spiritual di sana, waktu itu tidak setuju, NTB dijadikan destinasi wisata kelas dunia. Sementara dari kacamata Kemenpar, Lombok itu indah, cantik, penuh pesona, baik alam (nature) maupun budayanya (culture).
Perdebatan panjang itu berakhir, ketika Menpar Arief Yahya meyakinkan kepada para pemuka agama dan tokoh-tokoh NTB tersebut dalam sebuah forum.

Sampai keluar kata-kata: “Yang membuat kekufuran itu adalah kefakiran, bukan pariwisata. Justru pariwisata lah yang akan mensejahterakan dan menyelesaikan masalah kefakiran!” Sejak itu, 2015, Lombok NTB dipromosikan besar-besaran, dan akhirnya sukses di forum The World Halal Tourism Awards 2015. NTB mengantungi 2 penghargaan sekaligus, yakni World’s Best Halal Tourism Destination (Lombok) dan World’s Best Halal Honeymoon Destination (Lombok).

Lombok semakin pede, punya kepercayaan diri yang kuat sebagai destinasi wisata halal kelas dunia. Pemenang lain adalah World’s Best Family Friendly Hotel (Sofyan Hotel) Jakarta. Pengumuman pemenang The World Halal Travel Awards 2015 itu diumumkan di The Emirates Palace Ballroom, Abu Dhabi, pada 20 Oktober 2015 bersamaan dengan acara World Halal Travel Summit 2015.


Tahun berikutnya, 2016, Menpar Arief Yahya semakin kencang. Sumatera Barat dan Aceh juga didorong untuk ikut berkompetisi di Wisata Halal ini, selain NTB. Saat itulah, booming Wisata Halal terjadi, ketika Wonderful Indonesia memborong 12 awards sekaligus dari 16 kategori yang dikompetisikan melalui World Halal Tourism Award 2016.

Acara awarding dilangsungkan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 24 Oktober sd 25 November 2016.

Lalu diumumkan melalui website resmi http://itwabudhabi.com/halal-awards/2016-winners.html pukul 21.30 WIB, Rabu 7 Desember 2016.

Mengapa yang dipilih tiga provinsi itu? Aceh, Sumbar dan NTB? Karena sebagai destinasi, ketiganya memiliki budaya dan alam yang kuat, dan 95% inbound travelers itu karena dua faktor itu. Indonesia sukses bersaing dengan 116 negara, dan 1,8 juta voters.

Dari tahun ke tahun, legenda juaranya selalu Malaysia dan Turki, sejak 2016 itu Indonesia yang merajai. Begitu serius, dan dipromosikan Kemenpar melalui semua channel medianya, tahun 2016 menobatkan Indonesia sebagai juara umum.

Diantaranya:

1. World’s Best Airline for Halal Travellers – Garuda Indonesia.

2. World’s Best Airport for Halal Travellers – Sultan Iskandar Muda International Airport, Aceh Indonesia.

3. World’s Best Family Friendly Hotel – The Rhadana Hotel, Kuta, Bali, Indonesia.

4. World’s Most Luxurious Family Friendly Hotel – Trans Luxury Hotel Bandung, Indonesia.

Lalu,

ke-5. World’s Best Halal Beach Resort – Novotel Lombok Resort & Villas, Lombok, NTB.

6. World’s Best Halal Tour Operator – Ero Tour, West Sumatera, Indonesia.



7. World’s Best Halal Tourism Website www.wonderfullomboksumbawa.com, Indonesia.


8. World’s Best Halal Honeymoon Destination – Sembalun Village Region, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Selanjutnya,

ke-9. World’s Best Hajj & Umrah Operator – ESQ Tours & Travel, Jakarta, Indonesia.

10. World’s Best Halal Destination – West Sumatera, Indonesia.

11. World’s Best Halal Culinary Destination – West Sumatera, Indonesia.

12. World’s Best Halal Cultural Destination – Aceh Indonesia.

Awards itu adalah branding, dalam strategi promosi Kemenpar.

Penghargaan itu berarti sudah di Calibration menggunakan global standart, lalu secara internal menaikkan Confidence, secara eksternal memperkuat Credibility. Menpar Arief Yahya sering menyebutnya dengan istilah 3C. Dampaknya tahun 2015, ada 2 juta wisman ke NTB, 2016 naik menjadi 2,4 juta wisman, tahun 2017 naik lagi menjadi 2,7 juta.

Di Wisata Halal Dunia, ada pemeringkatnya. Yakni Global Muslem Travel Index (GMTI) yang dilakukan oleh Mastercard- CrescentRating. April 2019, diumumkan bahwa Indonesia juara kembar bersama Malaysia. Sebelumnya, tahun 2018, Indonesia no.2, dan dua tahun lalu 2017 Indonesia nomor 3.

Grafik daya saing versi GMTI, Indonesia terus menanjak hingga di puncak.

Rahasia Wonderful Indonesia bisa terus menanjak dalam indeks daya saing itu, karena Kemenpar juga memeringkat kota-kota di Indonesia, dengan menggunakan standart global yang dipakai GMTI, sejak 2016.

Namanya IMTI, Indonesia Muslim Travel Index, yang 8 April 2019 lalu sudah mengumumkan hasilnya. Ada 4 point utama yang dinilai, diranking, sebagai destinasi Muslim Friendly itu antara lain: Access, Communication, Environment dan Services.



Indeks ini digunakan untuk mengukur dan memeringkat destinasi di kota-kota di Indonesia yang ramah pada wisatawan muslim. Baik wisatawan mancanegara maupun nusantara. Sekaligus untuk melihat persiapan destinasi Indonesia yang harus siap bersaing dengan negara-negara lain yang juga mengembangkan hal yang sama.

Karena untuk menjadi global player, harus selalu menggunakan global standart.
Maka, muncul beberapa kota yang dinilai indeks daya saing Pariwisata Ramah Muslim-nya(IMTI=Indonesia Muslim Travel Indeks) th 2019 telah menetapkan rangking pertama pariwisata halal di Indonesia adalah NTB, rangking kedua adalah Aceh dan rangking ketiga adalah Riau dan Kepri.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal, ST.M.Si, mengatakan Bahwa Hal ini tentunya menjadi momentum bagi Riau untuk terus mendorong tumbuh kembangnya pariwisata di Provinsi Riau, Ujar Fahmizal, ST.M.Si, kepada Wartawan Tribunsatu.com Di Kantor Nya. (ADV)










 
Berita Lainnya :
  • Riau WISATA Halal Dan Ramah Muslim
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
     
    Tokoh - Opini - Galeri - Advertorial Indeks Berita
    Redaksi - Disclaimer - Pedoman Berita Siber - Tentang Kami - Info Iklan
    © 2016-2020 PT. HESTI TRIBUNSATU PERS, All Rights Reserved